Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Oktober, 2008


Krisis Finansial yang dipicu awalnya dari macetnya Kredit Perumahan di Amerika Serikat diperkirakan akan berlangsung lama sampai dengan tahun 2010. Bailout Wall Street oleh Pemerintah Amerika Serikat sebesar US$700 milyar dan rencana injeksi dana ke Perbankan AS sebesar US$250 milyar kelihatannya sedikit mengerem laju jatuhnya harga-harga saham Wall Street dan Stock Exchange dunia.

Belajar dari situasi masa kini tentang pentingnya meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas usaha yang tinggi, maka masyarakat Pengusaha dan masyarakat umum mulai berfikir untuk mencari jalan keluar dari Krisis Finansial yang akan berdampak lama terhadap bisnis minimal 2 tahun kedepan. Pilihan itu jatuh pada perlunya menggunakan sarana produksi yang canggih namun birbiaya rendah, yaitu penggunaan Software-software Open Source.

Secara kebetulan, software-software Open Source saat ini sudah makin dikenal masyarakat berkat makin lancarnya jaringan Internet dan makin banyaknya masyarakat yang dapat mengakses jaringan Internet. Di Indonesia saat ini sudah ada 30 juta masyarakat yang dapat mengakses jaringan Internet, berkat banyaknya pelanggan Seluler yang dapat juga mengakses Internet, munculnya HotSpots WiFi yang berbayar maupun gratisan di berbagai kota besar di Indonesia. Adanya Internet berkecepatan tinggi memudahkan masyarakat men-Download software-software Open Source secara gratis. Disamping itu, makin banyak Distro-distro Lokal yang menyediakan software Open Source dengan biaya penggantian rekaman di CD/DVD yang sangat murah, tanpa ada pelanggaran HaKI, sebab software-software Open Source berlisensi GPL atau milik masyarakat.

Hal yang mendukung penggunaan software Open Source adalah adanya Standardisasi spesifikasi, seperti adanya Format Dokumen yang perlu untuk pertukaran Naskah-naskah, yaitu menggunakan open Document Format atau ODF yang telah menjadi Standar ISO (International Standards Organizaion). Adanya standar ISO ini memungkinkan interoperabilitas antar software-software, baik itu Open Source maupun Proprietary.

Support terhadap open Source saat ini juga semakin baik, terutama untuk software aplikasi bisnis, seperti OpenOffice.org untuk mendukung kerja perkantoran, Enterprise Resource Planning (WebERP, Compiere), Customer Relationship Management, Supply Chain Management, Corporate Performance Management, Work Flow, Business Process Flow, Balanced Scorecard, dan sebagainya.

Perusahaan Riset Gartner meramalkan bahwa pada tahun 2012 ada sejumlah 90% Perusahaan-perusahaan yang bermigrasi menggunakan software Open Source untuk keperluan bisnis mereka.

Di Brazil saat ini-pun sudah ada 70% Perusahaan-perusahaan yang bermigrasi ke Open Source karena dukungan penuh dari Pemerintah Brazil dibawah kepemimpinan Presiden Luiz Inacio da Silva. Keterlibatan langsung Pemipin Tertinggi Brazil inilah yang dapat memajukan Open Source di Brazil, yang perlu dicontoh oleh masyarakat negara-negara berkembang lainnya.

Peran Perusahaan, Organisasi Non-Profit, LSM dan Individu-individu yang berdedikasi tinggi untuk memajukan open Source juga sangat berpengaruh untuk keberhasilannya di tiap negara. kini saatnya kita perlu bergandengan tangan untuk memajukan Open Source dalam kerangka penghematan secara nasional dan sekaligus juga untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta menghemat Devisa Nasional.

Semoga dapat membantu dalam menghadapi Krisis Finansial dan memajukan bangsa dan negara.

Read Full Post »

Dollar 1917

Dollar 1917

Sejarah penciptaan uang Dollar Amerika Serikat menunjukkan bahwa uang Dollar hanyalah selembar Kertas bergambar yang dicetak dan diterbitkan oleh Central Bank AS atau Federal Reserve. Untuk setiap penggunaan selembar Dollar AS, maka sipemakai dikenakan bunga tertentu yang ditetapkan oleh Federal Reserve. Jadi tiap pengguna uang Dollar akan dikenakan bunga atau utang. Utang ini harus dibayar, makanya ini tidak lain adalah suatu bentuk Perbudakan. Jadi makin lama uang Dollar AS itu digunakan, maka bunganya juga makin besar. Makin banyak rakyat yang diperbudak untuk membayar bunga uang kertas itu!

Lalu siapakah yang menikmati bunga besar itu? Tak lain adalah Pemerintah AS, Federal Reserve AS beserta para Pejabatnya yang dapat hidup bermewah-mewah dari hasil pembayanan bunga tersebut. Pembentukan Federal reserve diselimuti oleh suatu kerahasiaan, dimana para penysunnya dirahasiakan namanya. Mereka adalah para bankir dan pengusaha kaya. Lobby untuk meng-goal-kan penandatanganan UU Federal Reserve AS berlangsung cukup lama, dan akhirnya Presiden AS yang mau menandatanganinya adalah Presiden Woodrow Wilson pada tahun 1913. Namun sesaat setelah Ia menandatangani UU itu, Ia menyatakan penyesalannya.

Dollar 1776

Dollar 1976

Dengan tujuan yang sama, yaitu untuk memperbudak rakyat bangsa-bangsa lain di Dunia, maka dibentuklah World Bank. Alasannya, Bank-bank ini adalah untuk menstabilkan perekonomian negara atau Dunia.

Dimasa lalu, sedikit rumor saja dapat membuat perekonomian suatu negara morat-marit, sebab semua orang berlomba-lomba untuk menarik uang Dollar agar dapat dibelanjakan, bukan disimpan di Bank. Kejadian-kejadian ini selalu berulang dari waktu-ke-waktu. Pada tahun 1907, rumor yang diperkirakan dimulai oleh Konglomerat AS, menyebabkan orang berebut menarik uang-nya dari Bank. Akibatnya harga2 aset jatuh berguguran. Yang diuntungkan adalah para Konglomerat itu, antara lain JP Morgan, Rotschild, Rockefeller, dan lainnya, sebab mereka yang memborong aset2 tersebut dengan harga yang sangat murah. Inilah kisah awal berkembangnya para Konglomerat tersebut.

Kejadian serupa terulang pada waktu resesi tahun1932, masa-masa berikutnya, dan terakhir saat ini kita mengalami Krisis Finansial tahun 2008.

Setelah kita mengetahui sejarah penciptaan uang Dollar AS ini, apakah kita masih tetap ingin mengaitkan matauang Rupiah terhadap Dollar AS? Apakah kita tetap mau dijadikan sapi perah untuk membayar bunga penggunaan uang kertas Dollar AS?

Di zaman Kejayaan Indonesia masa lalu, Kerajaan-kerajaan Indonesia memiliki matauang sendiri berupa uang Emas, Perak dan Perunggu. Sedangkan di negara-negara Timur Tengah mereka masih menggunakan uang emas Dinar sampai saat ini. Kita perlu mempertimbangkan kembali apakah kita masih tetap mau mengkaitkan matauan Rupiah dengan Dollar AS yang sangat labil dan mudah di-spekulasi untuk menggoncangkan perekonomian bangsa Indonesia. Kini saatnya kita memikirkan masa depan kita yang lebih baik dan stabil.

Silahkan dilihat Streaming Video tentang Federal Reserve AS dibawah ini:

Sejarah Federal Reserve USA

Read Full Post »

Wall Street

Wall Street

Runtuhnya Wall Street adalah identik dengan gagalnya Kapitalisme murni yang mengandalkan Perdagangan Saham sebebas-bebasnya tanpa kendali apapun dari Regulator, karena berasumsi bahwa kebebasan ini akan melakukan koreksi pasar dengan sendirinya, sehingga diharapkan akan terjadi proses untuk memajukan perusahaan melalui kreativitas, innovasi dan akal-akal lainnya agar saham perusahaan akan terus meningkat. Jual beli saham terus berlangsung dan tiap kali pembelinya dan pialang akan memperoleh untung besar, ketika Ia menjualnya saat harga saham itu naik.

Dalam prakteknya dilapangan, proses perdagangan saham bebas ini tidak selalu rasional, karena banyak emiten, pialang, spekulan, eksekutif perusahaan melakukan innovasi yang bersifat akal-akalan dan tidak rasional untuk “menggoreng” saham yang diunggulkannya agar naik, walaupun secara riil perusahaan itu meningkat labanya tidak seberapa besar. Bisa saja para eksekutif itu melakuka “financial engineering” untuk membuat seolah-olah laba perusahannya meningkat pesat sehingga mempengaruhi opini pasar bahwa saham perusahaan itu menarik untuk dibeli karena punya potensi labanya meningkat terus. Padahal kalau diteliti, laba itu bisa saja hasil penagihan piutang masa lalu atau hasil menjual aset-aset perusahaan.

Kalau kita pelajari, tujuan utama menjual saham perusahaan ke publik adalah untuk mencari modal tambahan perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan itu, atau perluasan bisnis perusahaan itu, sebab perusahaan itu sudah memilki teknologi, proses, dan strategi bisnis yang tepat untuk bisa berkembang pesat mengalahkan para pesaingnya. Mungkin juga perusahaan itu juga memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif lainnya, seperti tersedianya bahan baku yang jauh lebih murah dari para pesaingnya, atau biaya operasional yang lebih murah, selain dari teknologi yang lebih unggul. Atau perusahaan itu punya innovasi-innovasi baru yang memerlukan modal untuk pengembangannya, dan dipastikan akan menguasai pasar. Contohnya Apple Computers dengan produk iPod-nya yang ternyata sangat laris manis dipasaran.

Dibidang Telematika, masih mungkinkah para Operator Telekomunikasi diluar 4-besar untuk memajukan bisnis dan perusahaannya agar tetap exist dan bertahan, dalam situasi persaingan tarif yang begitu ketat? Mungkin saja bila operator itu dapat menemukan keunggulan kompetitif, dalam bidang teknologi yang cost-effective, atau keunggulan dalam menjalin kerjasama dan networking sehingga akan dapat meraih pelanggan-pelanggan baru. Atau bisa juga kalau operator itu mendapat konsesi operasi telekomunikasi tertentu atau pita frekwensi yang langka dan dibutuhkan bagi operasi teknologi baru.

Perusahaan akan dapat dengan mudah memperoleh dana segar dari pemodal, bank atau masyarakat bilamana para Eksekutif perusahaan dapat menjelaskannya secara logis dan rasional rencana pengembangan perusahaan mereka. Oleh karena itu proses “Road Show” atau penjelasan publik ini amat penting untuk dilaksanakan, agar saham perusahaan itu laku dipasaran.

Pelajaran penting yang dapat kita timba dari runtuhnya Wall Street adalah kedepan kita harus mengurangi atau menghentikan tindakan-tindakan spekulatif dari para emiten, pialang, spekulan dan eksekutif dalam mempromosikan saham perusahaan-perusahaan yang mereka unggulkan. Masyarakat harus disadarkan, siapa-siapa yang suka melakukan langkah “menggoreng” saham, walaupun prospek bisnis-nya tidak terlalu bagus.

Saham perusahaan bisa naik kalau memang benar-benar perusahaan itu memang meraih laba besar secara perhitungan yang benar, bukan karena spekulasi dan “financial engineering”. Untuk ini dituntut transparansi dan kejujuran para eksekutif perusahaan.

Ini untuk menghindari penggunaan Perdagangan Saham sebagai sarana untuk menggelembungkan ekonomi, karena dana-dana untuk membeli saham diperoleh dari pasar derivatif surat-surat piutang yang jaminannnya lemah, seperti untuk pembangunan bisnis perumahan yang lesu di AS.

Mudah-mudahan dengan runtuhnya Wall Street, bangsa dan masyarakat Indonesia makin cerdas dan maju.

Silahkan ditanggapi.

Read Full Post »